Meluruskan Pikiran Kusut

July 31, 2025 0 Comments A+ a-

Seharusnya, pikiran kita adalah tempat yang teduh. Tempat aku bisa pulang dan duduk diam di bawah bayang-bayang tenang.

Tapi malam ini, kepalaku riuh. Penuh wajah-wajah yang akrab—beberapa menyapa, beberapa cuma lewat—dan ingatan tentang hari-hari yang terlalu padat. Mereka saling bertabrakan, saling tindih, tak memberi ruang untuk bernapas. Musik dan kata-kata bergolak. Mereka menyatu, berbaur dalam gelap yang menggantung di langit-langit pikiranku.

Aku kehilangan makna, juga kehilangan tangis-tangis dari masa-masa lampau yang jauh. Yang dulu terasa penting, kini hanya bayang. Mengapa kita tidak bisa menggenggam dalam satu genggaman saja? Satu per satu pergi. Lepas. Hilang.

Seperti hantu yang datang dan pergi sesuka hati—diam-diam muncul saat malam sedang gelap-gelapnya. Pikiran ini bukan lagi rumah. Bukan lagi tempat untuk bersandar. Terlalu banyak kehilangan. Terlalu banyak kepergian yang tidak bisa dijangkau.

Dan lagu-lagu yang kuputar tak membantu menenangkan. Mereka justru ikut menggantung, menjadi kabut, lalu menguap menjadi mimpi-mimpi samar. Yang saat pagi datang, hanya menyisakan rasa... Rasa sehebat rindu.

Aku ingin pikiranku jadi tempat yang damai. Tapi malam ini, ia terlalu penuh. Terlalu rapuh. Dan hujan dalam diriku, sepertinya sebentar lagi akan tumpah.

Meluruskan Pikiran Kusut

Seharusnya, pikiran kita adalah tempat yang teduh. Tempat aku bisa pulang dan duduk diam di bawah bayang-bayang tenang. Tapi malam ini, kepa...